Senin, 28 November 2011

Bikin Segar: Ternyata Emas di Tugu Monas Merupakan Sumbangan Or...

Bikin Segar: Ternyata Emas di Tugu Monas Merupakan Sumbangan Or...: Emas 38 Kg yang dipajang di puncak tugu Monumen Nasional (Monas) Jakarta, 28 kg di antaranya adalah sumbangan dari Teuku Markam , salah seor...

Minggu, 27 November 2011

doda idi

Hati Dodaidi merupakan lagu pengantar tidur yang biasa dinyanyikan orang tua di Aceh untuk anaknya. Dodaidi selain untuk menidurkan anak, ada pesan moral lain yang terkandung di dalamnya. Do do da idi lahir jauh hari sebelum tsunami raksasa menggulung Aceh, akhir tahun 2004. Malah, kata sebuah kisah, berabad lalu, lagu itu sering dilantunkan ibu susu Sultan Iskandar Muda untuk menidurkan bayi kecil yang kelak jadi sosok perkasa itu. Ya, Do do da idi adalah lagu yang lahir dari tradisi panjang. Dalam kultur adat Aceh, anak dalam rumah tangga atau keluarga dapat dilihat dari dua dimensi alamiah, yaitu : pertama, anak sebagai buah alami (sunnatullah), hasil kekuatan rasa kasih sayang suami isteri (mu’asyarah bil ma’ruf) sebagai mawaddah dan rahmat Allah SWT untuk memperkuat bangunan hubungan rumah tangga yang rukun damai, bahagia dan sejahtera sesuai dengan nilai-nilai Islami. Kedua, Anak sebagai kader penerus generasi, pelindung orang tua dikala lemah dan pelanjut do’a (ritual communication) manakala orang tuanya meninggal dunia memenuhi panggilan Khalik sebagai penciptanya. Syair Doda idi / Aceh Lullaby Beragam cara mengajar sang buah hati agar kelak menjadi pribadi yang berperilaku dan berkhlak baik. Lazimnya orang tua mengajari anak dengan nasehat dan atau memberi teladan. Namun kadang, model pengajaran yang demikian mengandaikan seorang anak sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang sesuatu, secara khusus tentang pemahaman moral: mana yang baik dan mana yang tidak baik. Bagaimana hubungan naluri batiniah dan jasmaniah antara orang tua dengan anak-anaknya dapat ditemukan dalam nuansa ungkapan pantun-pantun atau yang dikenal dengan Peurateb Aneuk (Dodaidi) merupakn sebuah kebiasaan rumah tangga orang Aceh di gampong-gampong. Seorang ibu sambil mengayun-ayunkan ayunan bayi terbiasa bersenandung dengan syair-syair yang penuh pesan moral, salah satu contoh syair peurateb aneuk seperti di bawah ini: Jak kutimang bungong meulu, gantoe abu rayeek gata Tajak meugoe ngon ta mu’u, mangat na bu tabrie keu ma Jak kutimang bungong padei, beu jroeh piei oh rayeek gata Beu Tuhan bri lee beureukat, ta peusapat puwoe keuma Jak ku timang bungong padei, beu jroh piee rayeek gata Tutoe beujroh bek roh singkei, bandum sarei ta meusyedara Nyanyian pantun-pantun tersebut, bahkan banyak narit-narit maja lainnya, seperti ” Ta’zim keu gurei meuteumeung ijazah, ta’zim keu nangbah tamong syuruga”, yoh watei ubit beuna ta papah, beik jeut keu susah oh watei raya”. Lalu bagaimana jika si buah hati masih berusia di bawah satu tahun? Di Nanggroe Aceh Darusallam (saya kira di tempat lain juga ada) terdapat kebiasaan bagi seorang ibu untuk memberikan nasehat kepada bayi-bayi mereka melalui syair-syair yang disebut do daidi. Sebuah syair peninabobo bayi, semacam syair sejuk pengantar tidur. Bentuk syair dan tujuannya beragam. Sebagai misal dalam masa perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajahan asing (dan saya kira sampai masa konflik) sang buah hati dinasehati dan diajak untuk menjadi pribadi yang sabar, kuat, tangguh dan bahkan diharapkan bisa memanggul senjata untuk berperang melawan para penjajah. Salah satu contoh syair tersebut adalah ‘Do Daidi-Nyawoung’ yang dilantunkan Cut Aza Riska. Saya mengutip sekuplet dari syair tersebut yang kurang lebih bermakna mengajak sang buah hati agar kemudian hari dapat bersama-sama pergi berperang membela bangsa/negara. Totalitas dalam berjuang dan bahkan Kematian adalah suatu keharusan. Dan itu harus direlakan. “…..Tajak bantu prang tabela nanggroe/Wahèe aneuk bek taduek lee/Beudoh saree tabela bangsa/Bek ta takot keudarah ilèe/Adak pih matee poma ka rela” Do daidi selain mengandung nasehat perjuangan, juga terdapat nasehat agar sang buah hati dapat berperilaku baik dan mampu mengamalkan nilai-nilai kesantunan, tenggang rasa, dan kepekaan social. Salah satu contoh syair do daidi tersebut adalah ‘Do Daidi Damee’ yang dilantunkan oleh seorang seniman perempuan Aceh Barat, Syech Po. Dalam dan melalui syair Do Daidi Damee tersebut, Syech Po (dan saya kira ajakan untuk semua ibu) mengajak, menasehati dan mengajari sang buah hati untuk bersekolah, dan selanjutnya jika menjadi pemimpin jadi pemimpin yang sanggup mengurus bangsa, tidak melakukan tindakan korupsi, bijaksana melahirkan kebijakan serta mampu menciptakan perdamaian dan keharmonisan. Menarik untuk disimak dan apalagi diwaris-temurunkan tradisi dan kebiasaan sehat ini. Sebuah kebiasaan yang mungkin oleh sebagian orang tidak penting, tetapi menjawab keresahan dan kecemasan public perihal jalan mana yang efektif untuk menuntaskan persoalan bangsa dan Negara seperti korupsi, konflik dan perang kepentingan, mungkin dan adalah baik jika sejak dini kita mengajar bayi dan anak kita lewat syair-syair do daidi. ----------------------------------------------------- Doda Idi Bela Agama Laa ilaa ha illallah… Muhammadunr Rasulullah… Laa ilaa ha illallah…, Kalimah taybah, keu payong pagee / Kalimah taybah, untuk payung nanti di akhirat Meu seulaweut keu Rasulullah, / Berselawat kepada Rasulullah Nak geu kubah jalan di akhe / Biar tersimpan jalan di akhirat Beurijang rayek si gam mutuah / Cepatlah besar, Anakku Sayang Jak peulupaih nibak ceulaka / Pergi lepaskan kampung dari celaka Jak prang maksiet beubagah-bagah, / Lekas perangi maksiat cepat-cepat Bekna gundah nibak hatee / Jangan pernah gelisah di dalam hati Bek takot hai aneuk mutuah, / Jangan takut, Anakku Sayang Bek ta surot langkah peudong agama / Jangan mundurkan langkah demi agama Le that jaroe nyang meudarah, / Banyak sekali tangan yang berdarah-darah Gabuek lam gapaih man sigom donya, / Sibuk dalam kesenangan di dunia Ka lawan ureung peu hanco ngoen buet teugaih, / Lawanlah para penghancur itu dengan kekuatan Bek le meu gundah bah pih nyawong keulua / Jangan pernah gundah, biarpun nyawa jadi taruhannya. Laa ilaa ha illallah… Muhammadunr Rasulullah… Laa ilaa ha illallah… Muhammadunr Rasulullah… ---------------------------------------------------------------------------- Doda idi Bela Nanggroe (Bela Negara) Cut Aja Rizka Allah hai dododaidi (tidakada arti secara harfiah, jadi semacam kita mengatakan ninabobo,oh ninabobo… ) Boh gadung bie boh kayee uteun (Buah gadung buah-buahan dari hutan) Raye’k sinyak hana peu ma brie (kalau anakku besar nanti, Ibu tidak bisa memberi apa-apa) aeb ngen keji ureung donya kheun (aib dan keji dikatakan orang-orang) Allah hai dododaidang Seulayang blang ka putoh talo (Layang-layang di sawah putus talinya) Beurijang raye’k muda seudang (cepatlah besar Anakku sayang & jadi seorang pemuda/ remaja) Tajak bantu prang ta bela Nanggroe (supaya bisa berperang membela Nanggroe= Bangsa) Wahe aneuk bek ta duek le (Wahai anakku, janganlah duduk & berdiam diri lagi) Beudoh sare ta bela bangsa (mari bangkit bersama membela bangsa) Bek ta takot keu darah ile (janganlah takut jika darah mengalir) Adak pih mate po ma ka rela (walaupun engkau mati Nak, Ibu sudah relakan) Jak lon tateh, meujak lon tateh (Ayo sini Nak Ibu tateh, kemarilah Nak Ibu tateh) Beudeh hai aneuk ta jak u Aceh (bangunlah anakku sayang, mari kita ke Aceh) Meube bak o’n ka meube timphan (sudah tercium bau daun timphan) Meubee badan bak sinyak Aceh (seperti bau badan sinyak Aceh) Allah hai Po illa hon hak (Allah Sang Pencipta yang Punya Kehendak) Gampong jarak han troh lon woe (jauhnya kampung tak tercapai untuk pulang) Adak na bulee ulon teureubang (andaikan punya sayap, Ibu akan terbang) Mangat rijang troh u nanggroe (supaya cepat sampai ke Nanggroe = Aceh) Allah hai jak lon timang preuk (Kemarilah Ibu timang-timang Nak) Sayang riyeuk disipreuk pante’ (sayangnya ombak memecah pantai) O’h rayek sinyak yang puteh meupreuk (kalau sinyak yang berkulit putih udah besar) Teh sinaleuk gata boh hate’ (dimanakah engkau akan berada nanti buah hatiku) --------------------------------------------------------------------- Do Daidi Damee Syech Po-Meulaboh Aceh Barat Jak kudodi kudodi ayon / Pergi saya dodi-dodi ayun Taboh talo pon naleng kom-kom ma / Pasang tali pertama rumput ilalang Talo jih syah dat ayon kalimah / Tali syhadat ayun kalimah Tuan patimah yang pupon baca / Siti fatimah yang mulai baca Bebagah rayek anek lon sayang / cepatlah besar anakku sayang Sabouh peusan aneuk bak poma / Satu pesan dari ibu pada anak Karayeuk gata aneuk badan / Jika kamu besar nanti lam pendidikan gata poma ba / Ibu antar kamu ke sekolah Wahe aneuk janton hate nan / Wahai anak kesayangan ibu jeut kepemimpinan pengurus bangsa / Jadi pemimpin mengurus bangsa Bekna korupsi oh, jabatan / Jika ada jabatan jangan korupsi salah bak Tuhan hana ampon dosya / Tidak diampuni dosa oleh Tuhan Beu ek bahgia orou ngon malam / Bahagia siang dan malam ke aneuk badan, doa bak poma / Ibu berdoa untuk anak Ngon bijak sana ta ato program / Dengan bijaksana mengatur program lam perdamian kenam tacipta / Ciptakanlah perdamaian Bena taingat janton hate nam / Suatu saat nanti ingatlah ibu Getimang-timang gata le poma / Diberi kasih sayang oleh ibu Geupeuh ngon bu gejampu pisang / Nasi campur pisang Jedodi sayang sajan ie mata / Sambil dodaidi menitikan airmata Biasanya narit maja disyairkan atau dilagukan oleh orang tua sejak anak dalam ayunan dengan suara yang merdu. Pesan dan bimbingan itu secara naluri membuat anak terbuai nikmat dalam ayunan. Nilai pesan itu mengandung makna bahwa seorang anak harus bersiap membangun hari depan dan bertanggung jawab dengan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya kepada orang tuanya. Tali hubungan itu akan terbina akrab, manakala yang mengasuhnya adalah ibu kandung sendiri. Mungkin akan berbeda bila yang mengasuh itu orang lain di luar lingkungan budaya keluarganya, akan membuat si anak kehilangan korelasi dengan bangunan prilaku orang tuanya Pesan semacam itu memberi makna betapa besar rasa kasih sayang, tanggung jawab dan harapan orang tua dalam mengasuh anaknya, mengantarkan mereka sampai kejenjang kemampuan membangun kehidupan. Dengan demikian, diharapkan anak nantinya betul-betul menjadi pelindung dan membantu orang tuanya, dikala mereka berada dalam keadaan lemah dan uzur (hubungan vertikal timbal balik dan tidak ada elemen yang disia-siakan). Tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah memelihara kesehatan dan membesarkannya, memberi pendidikan, mengasuh akhlak dengan ibadah dan pendidikan al-Qur’an, membimbing dan membina tatanan budaya adat sebagai patron pembangunan harkat dan martabat identitas keacehannya (identitas plus dan kompetitif dengan adat atau kultur lainnya). Tanggung jawab yang melekat pada orang tua, adalah sepanjang anak belum dewasa. Anak dewasa dalam kultur adat Aceh, apabila telah mampu mandiri atau telah berkeluarga. Read more: http://www.atjehcyber.net/2011/06/doda-idi-syair-nasehat-untuk-sang-buah.html#ixzz1es4z8nhO

kisah aceh menyusui indonesia

Aceh Menyusui Indonesia Legenda Pahit Rakyat dan Para Saudagar Aceh Aceh, seakan tak pernah henti menyusui Indonesia. Salah satu sumbangan yang tak kalah penting adalah. Tampilnya Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang menyumbangkan sekitar 35 kilogram emas murni untuk pembangunan Tugu Monumen Nasional (Monas) di Jakarta. Tugu Monas, kini menjadi ikon Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia. Lagi-lagi, Soekarno dengan kelihaian rethorikanya, membujuk Teuku Markam untuk ikut dan berperan serta dalam proyek prestise ini. Saat itu, setidaknya, Soekarno ingin menunjukkan kepada dunia, Indonesia mampu sejajar dengan bangsa lain. Kalau di Paris ada menara Efiel, di China ada tembok raksasa, di Indonesia ada Monas. Begitulah Soekarno dengan segala sifat ambisiusnya. Secara beruntun, kemudian lahir perusahaan vital lainnya seperti PT. AFF, PT.ARUN. PT. PIM, PT. KKA serta PT. Aromatic (Humpus Grup). Belum lagi, sumber daya alam seperti kayu dan bahan tambang. Intinya, konstribusi Aceh bagi dana pembangunan Indonesia, menjadi sisi lain dari sebuah perjalanan sejarah Indonesia. Dan, sebutan Aceh sebagai Daerah Modal Perjuangan serta Pembangunan, menjadi sahih adanya. Dari hasil minyak dan gas, Aceh tiap tahunnya menyetorkan Rp 10,6 triliun atau 43 persen dari total penerimaan negara untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Aceh tahun 1997/1998, Rp 328 miliar. Tragisnya, tahun 1998-1999, malah turun jadi Rp 153 miliar. Kekayaan alam Aceh, yang menjadi pendapatan utama daerah tersebut adalah gas alam. Pusat pengolahan gas alam cair (LNG) yang bahan bakunya dieksploitasi dari daratan dan lepas pantai Aceh, diolah di Lhokseumawe, Aceh Utara. Produksi LNG menghasilkan devisa yang besar, setidaknya memberikan sumbangan sebesar 30% dari total ekspor gas dan minyak Indonesia. Penambangan dan pengolahan LNG dilakukan Exxon Mobil dan Pertamina. Menariknya, saat Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997-1999. Lagi-lagi, Aceh menunjukkan kesetiaannya kepada republik Indonesia. Saat itu, Aceh dipimpin Syamsuddin Mahmud, seorang pakar ekonomi dan mantan Rektor Unsyiah. Melalui putri Soeharto, Siti Indriati Indra Rukmana atau Mbak Tutut. Pak Syam, menyerahkan sekitar 20 kilogram emas serta puluhan lembaran dolar Amerika Serikat bernilai 100 $ per lembarnya kepada Mbak Tutut. Tujuannya, untuk menopang perekonomian negeri ini yang waktu itu sudah terpuruk akibat dihantam krisis moneter atau krismon. Pada awal masa kemerdekaan, untuk menopang pemerintahan Indonesia yang baru terbentuk, para saudagar Aceh juga memeiliki peran vital. Mereka menerobos blokade ankatan laut Belanda untuk menyeludupkan barang datgangan hingga ke Semenanjung Malaysia. Ketika kontak dengan Jakarta tersedat, Residen Aceh mengeluarkan mata uang sendiri. Tapi hak para saudagar Aceh itu pun kemudian diabaikan. Ironisnya, meski Soekarno menyangjung habis Aceh sebagai daerah modal, karena telah mendanai republik, para sudagar Aceh itu kemudian harus berjuang ke pengadilan untuk menuntut haknya. Hutang mereka ditolak pembayarannya oleh pemerintah. Sebuah kisah perjudian nasib dilakoni para saudagar Aceh. Untuk bisa menjual karet, getah dan komoditas lainnya ke Malaysia dan singapura, para eksportir asal Aceh mesti bertarung di lautan dengan angkatan laut Belanda di Selat Malaka. Penjualan barang ke Malaysia dan Singapura untuk mendanai republik tersebut, lebih tepatnya disebut sebagai penyeludupan. Setiap saat kapal yang membawa barang ke negeri jiran itu, harus mengelabui armada angkatan laut Belanda yang berpatroli di Selat Malaka. Salah satu yang sangat fenomenal adalah usaha penyeludupan karet pengusaha asal Aceh oleh Jhon Lie, warga Indonesia keturunan Cina asal Menado ini mendapat perintah dari Menteri Pertahanan RI, Mr Ali Budiardjo untuk menjual kareta asal Aceh ke Semenanjung Malaysia. Hasil penjualan karet milik saudagar Aceh itu digunakan untuk membiayai perjalanan keliling dunia Menteri Luar Negeri RI, H Agus Salim. Beberapa saudagar Aceh yang memainkan peranan dalam kontak datgang dengan negeri jiran itu antara lain, Muhammad Saman dari PT Puspa, Nyak Neh dari Lho’ Nga Co, Muhammad Hasan dari Perdagangan Indonesia Muda (PIM) dan Abdul Gani dari Mutiara. Barang-barang seludupan saudagar Aceh tersebut dikoordinir oleh Oesman Adamy dan diseludupakan oleh Jhon Lie. Sampai di Semenanjung Malaysia barang-barang tersebut ditampung oleh pengusaha asal Aceh, diantaranya Teuku Makam, Jaâfar Hanafiah, dan Ali Basyah Tawi. Dalam perniagaan tersebut, awalnya menggunakan alat tukar uang Republik Indonesia. Tapi karena faktor keamanan yang semakin memburuk, maka daerah keresidenan Aceh mengeluarkan mata uang sendiri. Saat dimasukkan menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1948 juga mengeluarkan uang kertas sendiri. Untuk menopang perekonomian, serta sebagai alat transaksi, selama tujuh hari saja, 2 sampai 8 Mei 1949, dicetak uang rupiah oripsui sebayak 156.750.000 yang terdiri atas 405.000 lembar Rupiah Oripsu 250, dan 111.000 lembar Rupiah Oripsu 500. Adalah Abdul Muid, pegawai keuangan yang bertanggungjawab atas percetakan dan pengedaran uang oripsu tersebut. Selain itu ia juga bertugas mempertahankan nilai banding uang oripsu dengan dolar Singapura. Namun keseimbangan antara uang Oripsu dengan Dolar Singapura tidak dapat dipertahankan. Akhirnya pada 16 Mei 1949, dikeluarkanlah ketetapan GSO nomor 302/RI tentang penetapan penarikan uang Oripsu sebnayak 500.000.000. Kondisi ini semakin diperparah dengan naiknya harga barang setiap hari. Berkurangnya impor barang yang diperlukan. Akibatnya biaya hidup semakin meningkat. Untuk mengantisipasi hal itu, pemerintah mengambil beberapa tindakan, diantaranya pembentukan suatu badan penyehatan yang diketuai oleh M Nue El Ibrahimi. Tugas badan ini mempertinggi produksi barang dalam negeri dan impor barang yang dibutuhkan dari luar negeri. Namun nasib para eksportir Aceh yang menyokong pembiayaan republik tersebut akhirnya terpuruk, karena pada 22 September 1949, Syarifuddin Prawira Negara mengeluarkan Peraturan Wakil Perdana Menteri nomor 2/1949/WPM, yang isinya melarang adanya aktivitas ekspor barang dari daerah Sumatera Utara. Kondisi ini semakin diperparah lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Wakil Perdana Mentreri tanggal 17 Oktober 1949 nomor 1/1949/WPM, yang mencabut ketetapan Komisaris Pemerintah Pusat Sumatera, tanggal 14 Agustus 1948 nomor 7, yang mengatur soal pengutipan bea ekspor dan perhitungan dolar untuk hasil bumi. Kebijaksanaan yang diambil oleh Wakil Perdana Menteri tersebut bertentangan dengan kebijakan sebelumnya yang diambil oleh pemerintah daerah soal ekspor impor barang dari dan ke Semenanjung Malaysia. Lebih ironis lagi, para saudagar Aceh yang melakukan kontak dagang pengusaha di Semenanjung Malaysia, setelah Indonesia benar-benar merdeka tidak memperoleh perlakuan yang wajar dari pemerintah. Hutan getah yang masih harus diperoleh dari pemerintah atas dasar perjanjian jual beli, ditolak pembayarannya. Hanya Muhammad Saman yang berhasil memperoleh haknya setelah menggugat pemerintah ke pengadilan. Sementara Abdul Gani Mutiara, Nyak Neh, dan Muhammad Hasan tidak memperoleh pembayaran hutang dari negara. Hak mereka atas perjanjian jual beli ditolak pembayarannya. Untuk memperoleh haknya, para saudagar itu pun menuntut pemerintah ke pengadilan, tapi gagal. Pengadilan Negeri Jakarta Raya, melalui putusan nomor 335/1952 g, tanggal 13 Juli 1965, menolak tuntutan Nyak Neh dengan alasan gubernur mempunyai kedudukan istimewa, tidak dapat dituntut ke muka hakim. Alasan lainnya, tuntutan tersebut akan menjatuhkan wibawa gubernur selaku wakil pemerintah pusat di Aceh. Nyak Neh kemudian melakukan banding ke Pengadilan Tinggi, Jakarta, namun lagi-lagi kandas. Melalui putusan nomor 212/1966 PT perdata tanggal 31 Oktober 1966, Pengadilan Tinggi Jakarta dalam amar putusannya menolak upaya banding tersebut. Namun Nyak Neh tidak berhenti sampai disitu, ia pun mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Namum Mahkamah Agung dalam putusannya 5 Februari 1969 Reg No 10 K/Sip/1968, menolak kasasi tersebut. Lagi-lagi pemerintah berkelit untuk membayar hutangnya pada para saudagar Aceh.

perang aceh

Dalam sejarah Kebudayaan Yunani terkenallah suatu zaman yang bernama "Epic Era" (900—700 sb.M.). Masa Kepahlawanan. Dalam zaman yang penuh semangat perang ini terciptalah sekumpulan syair yang bernama "Hias Dan Odyssea", karya penyair kenamaan Homerus, Syair ini berisi kissah-kissah yang membangkit-bangkit dan njenyentak-nyentak semangat perang bangsa Yunani untuk melawan musuh-musuhnya. Dalam sejarah kesusasteraan dunia, Hias Dan Odyssea sangat terkenal. Selama masa hampir 3000 tahun setelah Hias Dan Odyssea, pujangga-pujangga dunia belum lagi dapat mempersembahkan kepada ummat manusia sebuah karya sastra kepahlawanan yang menyamai, apalagi mengatasi Hias Dan Odyssea. Syukurlah, dalam nyalanya api peperangan antara Aceh dengan Belanda yang berlangsung selama lebih 50 tahun itu, seorang Ulama-Penyair Haji Muhammad, yang lebih terkenal dengan nama julukan Teungku Tjhik Pante Kulu, telah berhasil mempersembahkan kepada Dunia-Kemanusiaan sebuah karya sastra besar. Karya sastra tersebut, kemudian termasyhur dengan nama Hikayat Prang Sabi, yang telah menyala bakarkan semangat rakyat Aceh melawan Belanda. Lama sudah Hikayat Prang Sabi berlalu sepi dalam perjalanan sejarah, sehingga hampir-hampir ia seakan-akan tidak pernah ada, oleh karena untuk sekian lamanya belum ada satu usaha untuk mengungkapkan kembali karya sastra besar itu dengan satu studi yang mendalam. Karena itu, kami menganggap bahwa usaha Saudara A. Hasjmy yang telah berhasil menyusun sebuah buku, yang menguraikan hal ihwal sekitar Hikayat Prang Sabi, adalah usaha yang patut mendapat sambutan hangat dari masyarakat bangsa Indonesia. Semoga buku yang bernama "Hikayat Prang Sabi menjiwai Perang Aceh Lawan Belanda" akan dapat memperkaya Dunia Kesusastraan Indonesia, di samping mengungkap apa sebenarnya Hikayat Prang Sabi itu, sehingga membuat serdadu-serdadu Kolonial Belanda mati ketakutan apabila mendengar namanya saja. Di samping itu ingin kami nyatakan pula bahwa selain dari Hikayat Prang Sabi, yang memang satu karya sastra, besar, juga masih banyak karya-karya sastra yang lain dalam bahasa Aceh, yang bermutu tinggi, baik yang diciptakan di zaman Kerajaan Aceh atau yang dikarang dalam masa peperangan dengan Belanda, seperti Hikayat Putroe Bungsu, Hikayat Maleem Dagang, Hikayat Banta Beuransah, Hikayat Tajool Mulook Bangkawali, Hikayat Nun Parisi dan lain-lainnya. Read more: http://www.atjehcyber.net/2011/11/apa-sebab-rakyat-aceh-sanggup-berperang.html#ixzz1ervYY1ID

Jumat, 04 November 2011

misteri

TinjauanTinjauanTinjauan misteri laut mati May 28, '06 4:10 AM untuk semuanya Kategori: Lainnya Tragedi di Balik Laut Mati Danau Luth, juga dikenal dengan nama Laut mati Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (Nabinya). Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka)… (QS. Al Qamar, 54:33-34) Wilayah Anatolia, dataran Mesopotamia, semenanjung Arabia dan benua Afrika telah menjadi saksi lahirnya beragam peradaban besar sejak dahulu kala. Sepanjang sejarah, Allah mengutus para Rasul untuk menyeru mereka mengikuti jalan-Nya. Kaum yang mengingkari para utusan tersebut, yang mencoba membunuh dan mengusir mereka, semuanya telah dihancurkan… Salah satu peradaban ini ditemukan dalam wilayah batas negara Israel saat ini. Penduduk yang menetap di pesisir Laut Mati ini adalah kaum Luth. Al Qur’an mengabarkan bahwa hubungan kelamin sesama jenis sedemikian merajalela di kalangan mereka hingga belum pernah dijumpai hal serupa sebelumnya: Foto Danau Luth, diambil dari satelit. Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas. (QS. Asy Syu’araa’, 26:161-166) Ketika Nabi Luth menyuruh mereka meninggalkan perilaku maksiat dan menyampaikan perintah Allah, mereka ingkar, dan menolaknya sebagai seorang Nabi dan melanjutkan perilaku menyimpang mereka. Sebagai balasannya, mereka dihancurkan dengan bencana mengenaskan. Ketika membaca Perjanjian Lama, kitab suci umat Nasrani dan Yahudi, akan kita ketahui bahwa hal ini dilukiskan dengan istilah yang sama sebagaimana dalam Al Qur’an. Menurut Perjanjian Lama, tempat tinggal kaum berperilaku menyimpang ini adalah kota Sodom. Temuan purbakala hasil penggalian mengungkapkan, kota tersebut dibangun dekat Laut Mati, di sepanjang perbatasan Israel dan Yordania. Para arkeolog yang bekerja di wilayah tersebut menemukan bukti telah tejadinya bencana mengerikan. Kerusakan parah pada rangka manusia yang berhasil digali menandakan telah terjadinya gempa bumi dahsyat. Al Qur’an meriwayatkan bahwa malaikat datang kepada Nabi Luth dan memperingatkan hal ini di malam sebelum terjadinya bencana: Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi; yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (QS. Huud, 11:81-83) Sebagian sisa reruntuhan kota kaum Luth yang telah longsor ke danau, ditemukan di tepi danau. Reruntuhan ini memperlihatkan bahwa kaum Luth memiliki taraf hidup yang tinggi. Ungkapan"Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah" dalam segala kemungkinannya bermakna daerah tersebut hancur oleh gempa bumi dashyat. Menurut siaran BBC berjudul " Ilmuwan MengungkapTamatnya Riwayat Kota Sodom ", geolog asal Inggris, Graham Harris, termasuk ilmuwan yang menemukan bukti meyakinkan tentang hal ini. Menurutnya, Sodom dibangun di pesisir Laut Mati dan penduduknya berdagang aspal yang tersedia di wilayah tersebut. Zat hitam lengket ini di masa lalu digunakan sebagai pelapis tahan air pada perahu dan perekat bebatuan pada bangunan. Daerah pemukiman yang tepat di pesisir Laut Mati ini, juga berdiri di atas dataran yang mudah guncang. Ini adalah titik bertemunya 2 lempengan tektonik yang bergerak berlawanan arah. Ini adalah zona gempa bumi! Lapisan lahar dan batu basal yang ditemukan selama penggalian adalah bukti terkuat telah terjadinya letusan gunung berapi dan gempa bumi di sini. Peristiwa yang digambarkan Al Qur’an dengan kalimat "Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi" besar kemungkinannya sebagai letusan gunung berapi. Peristiwa tersebut dilukiskan oleh ayat yang sama dalam kalimat "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah" sangat mungkin merujuk pada pecahan dan penghancuran akibat gempa bumi. Di bawah pesisir Laut Mati terdapat sejumlah besar timbunan kantung-kantung gas metana mudah terbakar. Gempa bumi pastilah telah mengguncangnya dan menjadikannya terbakar. Permukaan tanah lalu berubah menjadi pasir hanyut, dan longsor besar menenggelamkan kota tersebut ke dalam air. Serangkaian percobaan ilmiah di Universitas Cambridge membenarkan teori ini. Para ilmuwan membangun tiruan tempat berdiamnya kaum Luth di laboratorium, dan mengguncangnya dengan gempa buatan. Sesuai perkiraan, dataran ini terbenam dan miniatur rumah tergelincir masuk dan terkubur di dalamnya. Penemuan arkeologis dan percobaan ilmiah ini mengungkap satu kenyataan penting: kaum Luth yang disebutkan Al Qur’an memang pernah hidup di masa lalu, dan diazab oleh bencana kiriman Allah akibat penyimpangannya. Semua bukti terjadinya bencana itu kini telah terungkap, dan sesuai benar dengan pemaparan Al Qur’an. Begitulah, Letusan Dahsyat membinasakan mereka saat fajar tiba: Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (QS. Al Hijr, 15:73-75)

misteri laut hitam

35Share Laut Hitam Sungai Raksasa di Dasar Laut Hitam Sebuah sungai raksasa, yang bahkan layak dinobatkan sebagai sungai keenam terbesar di dunia baru-baru ini ditemukan oleh ilmuwan Inggris. Yang luar biasa, sungai ini ditemukan di dasar Laut Hitam, sebuah laut dalam antara Eropa tenggara dan Asia Kecil. Para ilmuwan dari Leeds University mengerahkan kapal selam robot untuk meneliti dan memindai dasar laut di dekat Turki itu. Seperti halnya di daratan, sungai di bawah laut itu memiliki saluran, anak sungai, dataran banjir, aliran deras air, dan bahkan air terjun. Sungai yang ditemukan di dasar Laut Hitam, memiliki kedalaman 115 kaki dan lebarnya lebih dari setengah mil. Jika berada di daratan, para ilmuwan memperkirakan, perairan yang ditemukan di Laut Hitam, adalah sungai keenam terbesar di dunia, dalam hal jumlah air yang mengalir. Aliran air, yang membawa air asin dan sedimen, 350 kali lebih besar dari Sungai Thames di Inggris. Ini adalah satu-satunya sungai bawah laut aktif yang ditemukan. Letaknya di Selat Bosphorus yang mengalir dari Mediterania ke Laut Hitam. Aliran air sungai bawah tanah itu disebabkan perbedaan kadar garam. Ini menyebabkan air Mediterania mengalir seperti sungai, yang menciptakan alur-alur dan genangan yang dalam. Penemuan ini akan membantu menjelaskan bagaimana kehidupan bisa bertahan di kedalaman laut, yang jauh dari perairan kaya nutrisi karena jauh dari tanah. Sungai bawah laut lah yang bertugas membawa sedimen dan nutrisi. Menurut Dr Dan Parsons, pemimpin tim peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu Bumi dan Lingkungan, Universitas Leeds, kepada Sunday Telegraph, mengatakan, “Kepadatan air di sana lebih padat dari air laut di sekitarnya karena memiliki salinitas yang lebih tinggi dan membawa begitu banyak sedimen.” “Sungai itu mengalir dari beting laut dan keluar melalui daratan abisal, seperti halnya sungai di darat,” demikian penjelasan Parsons seperti diberitakan laman Daily Mail. Dataran abisal di laut mirip seperti di gurun pasir, bedanya dataran air ini bisa menyediakan nutrisi dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mahluk yang hidup di dalamnya. “Itu memiliki peran yang penting, seperti arteri, yang memberikan kehidupan di laut dalam.” Perbedaan utama sungai di bawah laut ini adalah bahwa aliran air berlawanan dengan sungai-sungai di darat. Para ilmuwan telah lama menduga bahwa keberadaan sungai dasar laut sangat masuk akal, setelah pemindai sonar mengungkapkan adanya saluran berkelok-kelok di banyak lautan di dunia. Di antara yang terbesar, adalah sungai bawah tanah di perairan Brazi, di mana aliran Amazon memasuki Samudera Atlantik. Saluran di Laut Hitam, meskipun jauh lebih kecil, adalah satu-satunya yang ditemukan masih mengalir dan membuktikan bahwa saluran ini misterius dibentuk oleh sungai di bawah air. Tidak seperti parit laut, yang formasi geologi yang terbentuk pada bagian terdalam dari laut akibat pergerakan lempeng tektonik, saluran sungai berkelok-kelok di dasar laut dibentuk melalui proses pengikisan endapan lumpur. Dr Parsons menemukan bahwa sungai bawah tanah di dasar Laut Hitam mengalir dengan kecepatan sekitar empat mil per jam, mengalirkan 22.000 meter kubik air per detik. Ini 10 kali lebih besar dari sungai terbesar Eropa, Rhine. Sungai bawah laut ini Sungai mengalir hanya sekitar 37 mil hingga mencapai tepi beting laut sebelum menghilangke laut dalam. (www.suaramedia.com)

puia bahasa inggrissi cint

Thursday Afternoon “But you’re not supposed to know,” he said. “Yeah,” I sighed, “but I just want to know a little, like when you get a new book and you read the last page. You know what the last page is going to be like, but you don’t know the whole story; you only have a little idea.” He followed me to the bathroom, where I started flossing my teeth, and he kissed me. I let the white floss fall in my hand. It was a good kiss, not those quick kisses of good-bye when he leaves for work, or the sloppy kisses when you are both too busy to care how your mouth feels. It was the kind of kiss that makes you remember why you started kissing him in the first place. And all at once you are not so afraid to grow old. Love Of My Life Here i am looking into the future planning on how to get the picture of love so pure that makes me so sure, oh sweet love,like dew from above coming down to sooth my wounds and like the lark heralds daylight that i may carry you beyond all bounds to my hearts utmost delight. This love,so blind and still so right takes me through the darkest of nights that i may awaken to find myself as glorious as an elf in this true picture of love that is a gift from above. by Olusegun Olaitan Agunbiade A Burning Fire In a silent breeze A silent cry screaming wind A wondering voice From a old women A silent Delightful voice from Someone who cares A blind women Senses her way through a narrow path A winding willow near the bright blue Water by Katherine Eillen Weisbrod True Love If I could show what a friend is all about… I’d bring the necklace of trust and the bracelet of respect. If I could tell you what a mother ought to be She’d wear dedication and strength as her perfume. If I had to show you what a lover is… I’d show you that honey can come from lips and paradise can be felt with your body. But if I had to show you what true love is… I’d show you that loving someone more than yourself can make the heart the whitest, purest silk that has been purified ten thousand times in the essence of love.